iklan

[Kaki Ibu sebagai GANTI Kakimu]...! KASIH IBU Pada Anaknya Yang Lumpuh...Mengharukan..!

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

Be Shares - "Kaki ibu ini sebagai ganti kakimu". Kata-kata penuh kasih sayang ini terlontar lembut dari Tatik Sukilah (47) sembari menggendong putranya, Erry Susilo (16). Erry menderita kelumpuhan dari leher hingga kaki. Ke mana pun ia pergi, ia selalu digendong oleh Tatik.

Siang itu, ojek yang ditumpangi Erry dan Tatik berhenti di depan sebuah lorong. Dengan sigap, Tatik memberikan punggungnya sebagai sandaran bagi Erry. Erry memeluk ibunya yang berjalan selangkah demi selangkah melewati sebuah jalan kecil di sela-sela bangunan yang padat.

Langkahnya berhenti di sebuah bangunan sederhana di Ledok Tulangan DN2/143 RT 08/RW 02, Kecamatan Danurejan, Kelurahan Tegal Panggung, Kota Yogyakarta. Rumah kontrakan berukuran 5 meter x 4 meter inilah yang mereka tempati sejak 2003.

Setelah membuka pintu, Tatik mendudukkan putranya di sebuah kursi. Jari tangannya lalu mengendorkan dasi yang dikenakan Erry. Ia melepaskan kancing seragam sekolah Erry agar lebih longgar.

Sambil duduk di lantai, Tatik melepas sepatu dan kaus kaki yang dikenakan putra keempatnya itu. 
Sembari mengusap keringatnya, Tatik menceritakan awal mula Erry menderita kelumpuhan. Sesekali ucapannya terhenti karena tak kuasa menahan air matanya. Sesegera mungkin ia hapus air mata itu agar jangan sampai terlihat oleh Erry.

Tatik menuturkan, saat masih kecil, kondisi fisik Erry Susilo seperti anak-anak lainnya. Di masa itu, Erry adalah anak yang sangat aktif. Kelas III SD, Erry tiba-tiba saat jalan sering jatuh karena kakinya lemas dan hanya merangkak," ujar Tatik.

Melihat putranya mengeluh lemas, Tatik melakukan berbagai usaha untuk menyembuhkan Erry. Ia mencari dokter maupun pengobatan alternatif. Tak hanya di Yogyakarta, Tatik bahkan datang ke Klaten, Jawa Tengah, demi kesembuhan Erry.

Tidak sedikit uang yang ia keluarkan demi sang buah hati. Rumahnya di Purworejo terpaksa dijual meski sedang dalam proses pembangunan dari hasil menabung saat bekerja di Jakarta. "Sampai habis-habisan, rumah dijual pokoknya demi anak sembuh saya lakukan," ucapnya.

Malang bagi Erry, ia tidak kunjung sembuh. Hingga akhirnya dokter spesialis saraf di Yogyakarta mengatakan Erry menderita duchenne muscular dystrophy (DMD) atau degenerasi otot. Penyakit ini tidak ada obatnya. Vonis itu bagai petir di siang bolong bagi Tatik. Semangatnya mencari kesembuhan bagi sang anak seketika runtuh.

"Katanya tidak ada obatnya, hanya kasih sayang orangtua lah yang akan menguatkannya," tuturnya.
Sejak itulah, Tatik mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya untuk mendampingi remaja tersebut. Kebetulan, anak pertama dan keduanya sudah bekerja, menikah dan tinggal di Jakarta. Anak ketiga Tatik sedang mencari pekerjaan di Yogyakarta.

Setiap hari, Tatik selalu berada di samping Erry. Ia kerap bangun di malam hari ketika Erry mengeluh pegal dan ingin berganti posisi tidur. Saat ini Erry tidak bisa mengerakkan kepalanya sendiri. Padahal, tiga tahun lalu Erry masih bisa menggelengkan kepala dan mengangkat tangannya.

"Jika ingin buang air besar, malam hari pun saya gendong ke kamar mandi, jalan kaki agak jauh, dekat Sungai Code. Di kontrakan kan tidak ada kamar mandinya," kata Tatik.
Saat duduk di Sekolah Dasar Lempuyangan Kota Yogyakarta, Erry berangkat dan pulang sekolah dengan digendong ibunya.

Ketika Erry sudah beranjak SMP dan SMA dan lokasi sekolahnya jauh, Tatik pun harus menyewa ojek untuk mengantar dan menjemputnya. Saban hari, Tatik harus membayar sebesar Rp 25 ribu untuk ojek ke dan dari sekolah. Sebulan ia membayar Rp 650 ribu.

Jumlah itu diakuinya sangat berat sebab penghasilannya dari membuat serta menjual roti tidak menentu. Sementara ia masih harus membayar uang kontrakan sebesar Rp 500 ribu per bulan. Belum lagi biaya untuk hidup sehari-hari.

"Ya, harus utang kanan-kiri jika pas tidak ada uang. Soalnya pesanan roti atau snack tidak pasti ada. Tetapi ya ada saja rezeki itu datang, saya yakin Allah pasti memberi jalan," kata Tatik. Sering kali tatkala tidak mempunyai uang untuk membayar ojek, Tatik menggendong putranya jalan kaki ke SMA Negeri 11. Kurang lebih satu jam ia berjalan melewati trotoar. 

Di usianya yang tidak muda lagi, Tatik harus beberapa kali berhenti di pinggir jalan untuk beristirahat sambil mengatur napas. "Di jalan, yang bikin hati saya 'greeeg' saat Erry bertanya, 'Ibu capek? Ibu malu enggak gendong Erry? Ibu semangat, ya," tutur Tatik sambil memegang dada.

"Saya jawab, 'Ibu tidak capek gendong Erry, tidak malu. Ibu selalu ada untuk Erry'," ucapnya mengulang jawaban ke Erry. Tidak hanya sekali-dua kali Erry menanyakan itu kepada ibunya. Remaja kelahiran 14 Januari 2000 ini memang sangat menyayangi ibunya.

Ketika ibunya sakit, Erry tidak masuk sekolah. Tidak ada yang menggantikan Tatik untuk membawa Erry ke sekolah. Meski dalam kondisi keterbatasan fisik, Erry tidak pernah sekalipun mengeluh, merasa malu atau putus asa. Semangat belajar dan sekolahnya tinggi, nilai-nilainya pun tidak kalah dengan teman-temannya.

"Alhamdulilah, selama ini Erry selalu diterima di sekolah negeri. Rata-rata nilainya bagus, tulisannya juga bagus," kata Tatik. Selain itu, guru dan teman-temanya di sekolah selalu memberikan dukungan kepada Erry. Pengelola sekolah memperbolehkan motor yang menjemput Erry masuk hingga depan kelas.

Selama mengikuti pelajaran di sekolah, Erry duduk di kursi roda lengkap dengan meja. Kursi roda itu bantuan dari seorang anggota TNI. Teman-teman Erry sering menyuapinya makanan atau minum pada saat istirahat. Mereka juga membantu mengambilkan buku atau hal-hal lain yang diperlukan Erry.

Ketika belajar di rumah, Tattik menggeser meja tamu kecil dan mendudukkan Erry di depan lemari sebagai sandaran. Kedua lengan Erry diletakkannya di atas meja dekat dengan buku yang ingin dipelajari. "Erry bilang mbok beli meja daripada gesar-geser, tapi saya belum punya uang. Erry minta ganti kacamata saja saya belum bisa belikan, semoga besok ada rezeki," kata Tatik.

Satu hal yang menghantui pikirannya adalah jangan sampai ia meninggal dunia sebelum melihat anaknya sukses. Tatik merasa takut jika tidak ada yang merawat Erry sepeninggalnya. "Setiap kali shalat, saya minta kepada Allah agar Erry sukses dulu. Saya baru lega kalau sudah sukses dan punya istri yang merawat, itu yang saya pikirkan sampai saat ini," kata Tatik.

Bagi Tatik, jerih payah dan perjuangannya selama ini tidak lain adalah demi mengantarkan putranya meraih cita-cita. Tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat Erry menjadi orang sukses.

Ingin kuliah

Kini Erry menempuh studi di kelas III IPS SMAN 11 Kota Yogyakarta. Kondisinya menjadi pelecut semangat untuk lebih baik dibandingkan orang lain. "Menerima keadaan dan semangat menjalani hidup. Saya tidak pernah sekalipun malu atau minder," kata Erry.


Erry mengungkapkan, selama ini tidak pernah kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah maupun mengerjakan tugas-tugas. Di sekolah, Erry merupakan siswa yang ramah dan ceria. "Tidak ada yang mengejek, teman-teman baik semua. Mereka selalu memberikan semangat," ujarnya.

Remaja kelahiran Purworejo tersebut mempunyai hobi mendesain web ataupun blog. Ia juga mahir dalam membuat desain logo.Setelah lulus SMA nanti, ingin melanjutkan pendidikannya. Targetnya satu, ia ingin kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM). "Semoga besok tercapai. Tapi masih bingung mau ambil Komunikasi atau Ekonomi," ujarnya.

Satu hal yang dipegangnya adalah terus berusaha meraih cita-cita dan menjadi sukses. Bekerja dan membahagiakan ibunya yang selama ini telah berkorban sangat banyak untuknya.

Sumber: Kompas.com
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "[Kaki Ibu sebagai GANTI Kakimu]...! KASIH IBU Pada Anaknya Yang Lumpuh...Mengharukan..!"

Post a Comment